Sistem Story Telling Atau Bercerita Tetapi Bagus Dalam Presentasi

Kebanyakan presenter atau pembicara hebat adalah pendongeng ulang. Silahkan Anda lihat presenter di TED, maka Anda akan menyaksikan bahwa kebanyakan dari mereka amat baik dalam memakai cerita.

Kenapa cerita?
Karena seluruh orang suka cerita, khususnya bila cerita yang disampaikan relevan dengan topik presentasi yang dibawakan. Cerita yang bagus tak hanya membikin audiens berdaya upaya, namun juga membikin mereka menikmati. Dengan cerita mereka dapat merasa gigih dan terinpirasi. Pun dengan cerita mereka dapat merasa sedih dan gembira.

Cerita dapat dipakai untuk segala ragam presentasi, termasuk dalam presentasi formal seperti presentasi bisnis. Garr Reynolds dalam bukunya presentation Zen mengatakan “bercerita yaitu kunci untuk kepemimpinan dan komunikasi dalam bisnis: “lupakan powerpoint dan statistik, untuk melibatkan masyarakat di tingkat terdalam Anda perlu bercerita. ” Kalimat hal yang demikian ia kutip dari sebuah tulisan Harvard Bisnis.

Intinya cerita itu penting dalam presentasi, tak peduli ragam presentasi Anda. Seandainya cerita diaplikasikan dengan ideal, karenanya Anda lebih akan gampang memberi pengaruh audiens bagus secara intelektual ataupun emosional.

Model Cerita
Apabila Anda kerap memandang video presentasi TED Anda akan memandang beberapa besar pembawa acara TED kuat dengan teknik cerita. Salah satu pembawa acara TED yang juga memakai teknik bercerita dalam presentasinya yaitu Sunitha Krishnan ketika menjalankan presentasi di TED India berjudul The Fight Against Sex Slavery.

Sunitha Krishnan menceritakan kisah-kisah besar. Salah satunya merupakan merupakan cerita tiga kisah memilukan yang dialami oleh si kecil-si kecil kecil yang menjadi perbudakan seks ketika dia mengawali presentasi. Berikut adalah narasi dari cerita tersebut.

“Saya berharap bercerita seputar ketiga buah hati ini, Pranitha, Shaheen, dan Anjali. Ibu Pranitha yakni seorang pelacur, yang dijerumuskan. Ia terkena HIV, dan memasuki akhir hidupnya, ketika dia berada pada tahap terakhir AIDS, dia tidak bisa melacur, sehingga dia menjual Pranitha yang berusia 4 tahun kepada makelar. Dikala kami mendapatkan kabar itu, kami datang ke sana, Pranitha telah diperkosa oleh tiga orang.

Saya pun tidak tahu latar belakang Shaheen. Kami menemukannya di rel kereta api, sudah diperkosa oleh banyak pria. Saya tidak tahu berapa banyak. Namun indikasi dari hal itu pada tubuhnya yaitu ususnya berada di luar tubuh. Dan ketika kami membawanya ke rumah sakit ia memerlukan 32 jahitan untuk mengembalikan ususnya ke dalam. Kami masih tidak tahu siapa orang tuanya, siapa ia. Tapi kita tahu ialah ratusan pria sudah menyiksanya secara brutal.

Ayah Anjali, seorang pemabuk, menjual buah hatinya untuk pornografi. Di sini anda mengamati gambar si kecil-si kecil berusia tiga, empat, dan lima tahun yang sudah diperdagangkan untuk eksploitasi seksual komersil. Di negara ini, dan di semua dunia, ratusan dan ribuan anak-buah hati, semenjak umur tiga, empat tahun dijual untuk perbudakan seks. Tetapi itu bukan tujuan tunggal dari penjualan manusia. Mereka dipasarkan untuk diadopsi. Mereka dipasarkan untuk perdagangan organ. Mereka dijual untuk kerja paksa, mengendarai balapan unta, dan lain-lain”.

Cerita di atas hanya satu bagian dari presentasi Sunitha Krishnan. Masih ada kisah-kisah lain yang dia sampaikan seperti kisah yang pernah dialaminya sendiri. Seperti kejadian pemerkosaan yang dialami, kejadian-kejadian tragis yang dialami oleh orang-orang yang mengalami perbudakan seks dan cerita bagaimana dia membantu dan memberdayakan mereka.

Untuk melihat video presentasi dari Sunitha Krishnan dan review yang aku lakukan silakan Anda baca review kami perihal Video Presentasi Inspiratif Sunitha Krishnan Metode melawan perbudakan seks

Metode Bercerita?
Karena cerita dalam sebuah presentasi memang tak gampang. Sebab ini bukan cuma bercerita, tapi bagaimana Anda kapabel memilih cerita yang relefan, mempunyai kekuatan tarik dan Anda kapabel menyampaikannya dengan bagus, sehingga audiens peduli. Ada beberapa prinsip-prinsip utama yang perlu Anda tahu dalam menggunakan cerita antara lain,

1. Cerita patut memiliki tujuan
Kalau bentuk cerita Anda, apakah itu fakta atau hanya ilustrasi patut memiliki tujuan yang jelas. Anda harus memikirkan apa yang akan dipahami dan dirasakan audiens dari cerita yang Anda sajikan. Jadi sebelum memilih cerita, pikirkan betul apa yang Anda harapkan dari audiens dari cerita yang Anda sampaikan. Dengan demikian, cerita Anda akan benar-benar tepat sasaran untuk mendorong kesuksesan presentasi Anda.

2. Cerita patut relevan
Cerita dengan tujuan yang jelas baik, namun apabila tidak relevan akibatnya juga tidak akan tepat sasaran. Cerita dalam presentasi wajib relevan dengan topik yang Anda sampaikan. Bila cerita tidak relevan maka dengan cepat audiens malah akan melupakan cerita Anda, dan itu tidak akan memberikan dampak apa-apa pada presentasi Anda.

3. Cerita mesti bisa membuat penasaran
Tujuan Anda sudah terang, cerita Anda juga relevan, tapi jika cerita hal yang demikian telah sering audiens dengar, dampaknya tak akan signifikan. Paling tepat sasaran carilah cerita yang masih jarang audiens dengar. Cerita pengalaman pribadi dapat menjadi alternatif yang tepat sasaran untuk Ana lakukan. Karena sifatnya yang personal, besar kemungkinan audiens belum tahu perihal cerita Anda.

4. Cerita wajib diperkenalkan dengan penghayatan
Cerita yang bagus selain memiliki tujuan, relevan dan menjadikan penasaran juga patut diperkenalkan dengan penuh ketulusan dan penghayatan. Tanpa penghayatan cerita Anda tidak akan menyentuh emosional audiens.

Ibarat kue cerita yakni krim pelapis kudapan manis, bukan kue itu sendiri. Untuk melengkapi cerita dan membikin cerita kuat, Anda membutuhkan komponen-komponen yang lain, seperti gesture tubuh, mimik wajah, intonasi dan lain-lain. Sebab cerita yang bagus tidak cuma terwujud dari unsur cerita saja (informasi yang Anda sampaikan). Cerita menjadi kuat karena ia dilengkapi penggunaan bahasa tubuh yang ideal seperti pemakaian intonasi, gesture, mimik wajah dan sela.


Dari penjelasan mengenai metode story telling atau bercerita dalam presentasi di atas bisa saya simpulkan bahwa.

Cerita yang diterapkan atau disampaikan dengan tepat, akan berdampak kuat dalam diri audiens bagus secara intelektual maupun emosi. Dan untuk bisa menyajikan cerita dengan baik Anda wajib dapat menerapkan prinsip-prinsip utama yaitu cerita Anda patut memiliki tujuan, wajib relevan dengan topik yang diberi tahu, dapat membikin penasaran dan semestinya dikenalkan penuh penghayatan.


Baca Artikel Terkait di Personalb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *